Kamis, 11 Desember 2014

Pendidikan Anak

بسم الله الرحمن الرحيم
-----------------------------------------

Kemarin malam sempat ngobrol2 sama mami tentang murid2nya di sekolah. Entah mengapa sampe ke pembahasan kekerasan terhadap anak. Ada murid maminya bilang kalau kakaknya yg masih SD dimentor belajar sama ibunya sendiri, jika kakaknya ga bisa jawab soal dari ibunya, kepala si kakak ini dibenturin ke lantai sama ibunya sampai memar/bengkak. Pernah jg murid mamiku ini cerita kalau kakaknya pernah dipukul pakai lidi sampai mata/telinganya berdarah gara2 main terus. Aku ga tau ya itu cerita si muris beneran atau egak, anak TK biasany masih polos & bicara apa adanya yg dia lihat. Wallahu'alam.
Dari situ mamiku bilang nyesel banget karena ketika aku kecil jg bertindak kasar buat didik anak2nya. Lumayan parah memang, sampai2 aku benci banget sama ibuku, sampai dendam jg dulu (tapi itu dulu, sekarang mah aku ga mau lah ya durhaka sama orang tua).

Dari obrolan itu, aku jadi inget cerita mr.ku waktu liqo beberapa pekan yg lalu klo ga salah. Beliau menceritakan sebuah kisah syarat hikmah dari sebuah buku. Ada seorang anak balita klo ga salah, menggambar di mobil ayahnya. Ketika sang ayah tau, si anak ini dipukulin habis2an tangannya. Kemudian anaknya dibiarkan, tidak diobati. Sampai2 si anak demam, orang tuanya menganggapnya demam biasa. Tapi ketika demamnya sudah sangat tinggi & tangannya infeksinya cukup parah, ortunya baru membawa anaknya ke rumah sakit. Namun apa yg dikatakan dokter? Infeksi di tangan si anak sudah parah & harus diamputasi. Mau tak mau si ortu ini mengambil langkah ini, amputasi kedua tangan si anak. Ketika sang anak terbangun, dia bertanya kepada ayah ibunya. "Papah mana tangan adek? Adek pengen gambar lagi. Adek janji ga akan gambar di mobil papah lagi. Kembaliin tangan adek pah mah." (Huaaaa.... air mata langsung keluar ketika aku menceritakan kisah ini ke mami. Mami ikut2an nangis & sepertinya jg makin menyesal karena dulu pernah keras sama anaknya waktu kecil. Wkwk).
Kemudian mami bilang, kamu jangan nikah muda ya, takutnya kayak mami dulu (krn mami nikah umur 20an). Aku mikir, oh gini ya efek kurangnya ilmu mendidik anak. Mami sebelum jadi guru TK kn kagak ngarti tentang psikologi anak. Alhamdulillah sekarang sudah sadar, tinggal akunya yg belum sadar *lhoh*

Semoga kita dikumpulkan kembali di surganya Allah ya cinta (panggilan sayangku ke mami) & semoga aku bisa menghadiahkan jubah surga terbaik untukmu dan papi kelak di akhirat nanti :*
Aku mencintaimu karna Allah, papi mami ({})

Wallahu'alam bishawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar